🐻 Mengapa Kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Dapat Menyebabkan Kelangkaan
mengapakemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menyebabkan kelangkaan? SD Matematika Bahasa Indonesia IPA Terpadu Penjaskes PPKN IPS Terpadu Seni Agama Bahasa Daerah
Jawabanmengapa kemajuan ilang pengetahuan dan teknologi dapat menyebabkan kelangkaan 4 hours ago Bila kamu sedang mencari solusi atau jawaban atas pertanyaan: mengapa perkembangan teknologi yang lambat menyebabkan kelangkaan? , maka kamu sedang berada di website yang tepat.
Teknologidigunakan dalam semua aspek budaya kita, mulai dari teknik, pembelajaran, dan manufaktur hingga komunikasi, transportasi, dan kedokteran. Mengapa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Penting. Sains membantu mengkualifikasi dan mengukur aspek berwujud di dunia, mulai dari alat yang digunakan orang hingga makanan yang dimakan manusia.
Upayaupaya tersebut didasari oleh adanya keinginan manusia untuk dapat memenuhi segala kebutuhan atau keinginan hidupnya di segala bidang. Adapun faktor-faktor yang menghambat proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai berikut. 1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi dan sudut pandang.
Jawabanmengapa kemajuan ilang pengetahuan dan teknologi dapat menyebabkan kelangkaan 5 hours ago Bila kamu sedang mencari solusi atau jawaban atas pertanyaan: mengapa perkembangan teknologi yang lambat dapat menyebabkan kelangkaan? , maka kamu sedang berada di website yang tepat.
kquT. Globalisasi adalah tersebar luasnya pengaruh ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang ada di setiap penjuru dunia ke penjuru dunia yang lain. Alasan di balik IPTEK sebagai faktor pendorong globalisasi adalah sebagai berikut; Ilmu Pengetahuan dan Tekonlogi IPTEK menjadikan manusia lebih banyak berinovasi, dan menciptakan berbagai hal untuk memudahkan kehidupan mereka, seperti mobil, handphone, sampai alat-alat lainnya. Kemajuan IPTEK, menjadikan manusia di berbagai negara lebih mudah berkomunikasi. Kemajuan IPTEK, menjadikan manusia lebih cepat, dan lebih banyak melakukan produksi. Dengan melhat penjelasan tersebut IPTEK penting bagi hadirnya globalisasi.
KEBUTUHAN manusia berbeda-beda karena bersifat tidak akan pernah puas dan tak terbatas. Hal ini menjadi penyebab kelangkaan bahan di masyarakat. Nah, kali ini kita akan membahas mengenai pengertian kelangkaan secara luas. Yuk simak penjelasan berikut. Pengertian kelangkaan dalam ilmu ekonomi Kelangkaan dalam ilmu ekonomi ialah kesenjangan antara sumber daya yang terbatas dan permintaan yang secara teori tidak ada batasnya. Menurut Suparmoko 2007 2 dalam buku Ekonomi 1, definisi dari kelangkaan ialah kondisi yang menunjukkan terbatasnya sesuatu, baik berupa kebutuhan maupun sumber daya. Melansir dari pengertian kelangkaan dalam ilmu ekonomi adalah kesenjangan antara sumber daya ekonomi yang terbatas dengan jumlah kebutuhan hidup yang tidak terbatas. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelangkaan Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelangkaan tidak serta merta terjadi begitu saja. Berikut beberapa penyebabnya. 1. Pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk merupakan hal yang perlu mendapat perhatian. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat tanpa disertai proses produksi suatu alat pemuas kebutuhan yang memadai akan menyebabkan terhambatnya proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mengakibatkan kebutuhan hidup harus dipenuhi semakin tidak terkendali. 2. Kemampuan produksi. Kemampuan produksi ditentukan oleh faktor produksi yang berupa tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Faktor-faktor pendukung tersebut jumlahnya terbatas, sehingga otomatis akan berdampak pada terjadi atau tidaknya kelangkaan. 3. Perbedaan letak geografis. Kondisi alam di setiap belahan bumi ini tidaklah sama. Setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing. Dari karakteristik ini akan melahirkan keberagaman sumber daya sesuai dengan potensi masing-masing wilayah. Persebaran kondisi geografis inilah yang menjadi penyebab dari kelangkaan sumber daya. 4. Bencana alam. Bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, serta bencana alam yang lain merupakan salah satu faktor penyebab kelangkaan yang tidak dapat diprediksi oleh manusia. Bencana alam selalu menyisakan kerusakan bangunan, infrastruktur, sumber daya alam yang lain rusak, bahkan menimbulkan korban jiwa. 5. Pandemi. Pandemi selama satu tahun di dunia menjadi penyebab kelangkaan yang tidak dapat diprediksi pula. Pembatasan sosial berskala besar mengakibatkan terhentinya proses produksi barang, penggunaan jasa juga terbatas, sumber daya manusia juga sangat terbatas, karena banyak orang meninggal akibat pandemi ini. Jadi dapat dibayangkan, pandemi menyebabkan kelangkaan besar-besaran di banyak sektor ekonomi. Jenis kelangkaan Kelangkaan dibagi menjadi beberapa jenis agar kamu mudah mengenalinya. Berikut beberapa jenisnya. 1. Kelangkaan sumber daya alam. Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang berasal dari alam. Sumber daya alam ini terdiri dari sumber daya biotik serta sumber daya abiotik. Jika pemanfaatannya dilakukan secara terus menerus, sumber daya alam yang tersedia akan habis. Hal ini tentu saja bisa mengakibatkan kelangkaan. 2. Kelangkaan sumber daya manusia. Sejak lahir manusia memiliki daya cipta, rasa, dan karsa yang menjadikannya memiliki banyak peran dalam kegiatan ekonomi. Selain menjadi sumber daya, manusia berperan sebagai konsumen atau orang yang memanfaatkan hasil dari kegiatan ekonominya. Kurang kualitas seperti keterampilan atau kemampuan berpikir manusia bisa berdampak pada kelangkaan sumber daya yang lain. Untuk itu, setiap orang diharapkan bisa meningkatkan kualitas dirinya dengan menggali sebanyak-banyaknya sumber pengetahuan. 3. Kelangkaan sumber daya entrepreneurship kewirausahaan. Kelangkaan yang satu ini merupakan kelangkaan yang bertugas mengelola dan menggabungkan tiga unsur tadi alam, manusia, dan modal untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kelangkaan ini terjadi akibat sedikitnya orang-orang yang berinovasi dan berkreasi. Akibatnya sumber-sumber ekonomi tidak bisa dikelola dengan maksimal karena gagasan kreatif kurang terlaksana dengan baik. 4. Kelangkaan sumber daya modal. Sumber daya modal adalah sumber daya buatan manusia yang bisa memudahkan proses produksi. Modal merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menghasilkan jasa atau barang yang meliputi teknologi, peralatan, uang, informasi, dan tanah. Cara mengatasi kelangkaan Keterbatasan sumber daya mendorong manusia agar berdaya upaya untuk memenuhi segala kebutuhannya. Upaya tersebut akan disertai dengan pengorbanan berupa sumber daya finansial, tenaga, dan pikiran yang tidak terbatas. Hal ini dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Agar upaya tersebut dapat berhasil secara maksimal, dibutuhkan rencana serta cara yang strategis guna menghindari atau mengatasi kelangkaan. Agar lebih jelas, yuk kita simak bersama, beberapa cara untuk mengatasi kelangkaan. 1. Menyusun skala prioritas. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia perlu membuat perencanaan. Perencanaan ini disusun berdasar prioritas dari mulai yang penting, hingga yang tidak penting. Penyusunan skala perencanaan ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi kelangkaan, karena menggunakan alat pemuas kebutuhan berdasar sifat mendesak atau tidaknya alat pemuas ini harus dipenuhi. 2. Menghemat penggunaan sumber daya alam. Meski hasil alam berlimpah, jika pemanfaatannya tidak dibatasi, lambat laun akan menipis dan kemudian habis. Manusia diharapkan bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam ini, bukan mengeksploitasi secara berlebih. Kita perlu mengingat bahwa bumi dan seluruh kekayaan alam di dalamnya, bukan warisan dari leluhur, melainkan merupakan pinjaman dari anak, cucu, dan cicit kita. 3. Memelihara kelestarian alam. Setiap hari, ribuan pohon ditebang untuk memenuhi kebutuhan produksi kertas. Bukan hanya itu, kayu-kayu keras juga banyak ditebang, kemudian diekspor sebagai barang mentah. Penebangan hutan secara besar-besaran akan membuat yang menjadi habitat hidup pohon akan menjadi gundul dan gersang. Dampak yang terjadi dari kondisi ini ialah bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan kurangnya kandungan air dalam tanah. Karenanya, diperlukan kesadaran manusia untuk melestarikan kekayaan sumber daya alam ini dengan menanami atau meremajakan hutan kembali. 4. Memanfaatkan sumber daya pengganti. Ada dua jenis sumber daya alam di bumi, yaitu sumber daya alam yang dapat terbarukan dan sumber daya alam tidak terbarukan. Sumber daya alam tidak terbarukan, persediaannya terbatas, sementara kebutuhan manusia tidak terbatas, sehingga diperlukan sumber daya alternatif sebagai pengganti sumber daya ini. Sebagai contoh, minyak bumi berasal dari pelapukan fosil binatang purba yang terkubur berjuta-juta tahun lalu. Setelah bertahun-tahun dimanfaatkan, persediaannya akan menipis. Demi memenuhi kebutuhan masyarakat atas ketersediaan minyak bumi sebagai sumber energi, dibuatlah sumber energi alternatif seperti biogas dan biodiesel sebagai pengganti minyak bumi. Sebagai contoh yang lain, melambungnya harga masker dan langkanya masker di pasaran membuat banyak orang menjadi kreatif dalam membuat masker sendiri yang dapat dipakai dan dicuci berulang kali. 5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kelangkaan sumber daya manusia yang berkualitas menyebabkan minimnya serapan bagi sumber daya manusia produktif. Hal ini berdampak pada meningkatnya angka pengangguran. Untuk merespons kondisi ini, diselenggarakan pelatihan tenaga kerja, agar kemampuan yang dimiliki oleh seseorang menjadi maksimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas diri. 6. Mengelola sumber daya modal dengan tepat guna. Mengelola sumber daya modal berhubungan dengan kemampuan seseorang mengatur skala prioritas dalam pemenuhan kebutuhan. Ketika pengelolaan sumber daya modal berjalan beriringan dengan pengaturan skala prioritas, hal ini sangat membantu seseorang mengatur pengeluaran nya dengan baik dan benar. Bagi seorang wirausahawan, hal ini dapat mengefisienkan biaya operasional. Harapannya, dengan modal yang seminimal mungkin, bisa memperoleh keuntungan yang maksimal. Inilah yang disebut dengan mengelola sumber daya modal dengan tepat guna. OL-14
› Opini›Tantangan Pengembangan Iptek... Penguatan peran iptek membutuhkan komitmen jangka panjang dengan alokasi sumber daya yang memadai. Tanpa dukungan kelembagaan iptek yang baik, masalah darurat yang dihadapi Indonesia akan sulit untuk diselesaikan. OlehMAXENSIUS TRI SAMBODO 4 menit baca Posisi Indonesia yang dapat bertahan beberapa bulan dalam kategori negara berpendapatan menengah atas upper middle ternyata harus kembali turun peringkat karena pandemi Covid-19. Hal ini hendaknya menyadarkan para pengambil kebijakan bahwa fundamen pembangunan ekonomi masih sisi lain, kita meyakini ilmu pengetahuan dan teknologi iptek adalah modal dasar untuk membangun ketangguhan ekonomi. Bahkan, banyak negara mendasarkan ciri pembangunannya dalam basis ilmu pengetahuan knowledge based economy. Sementara itu, posisi Indonesia saat ini tampaknya belum selesai dengan bongkar pasang kelembagaan iptek. Bahkan, hingga saat ini, banyak peneliti yang sebelumnya tergabung di dalam empat lembaga pemerintah non-kementerian LPNK, yaitu LIPI, BPPT, Lapan, dan Batan, menghadapi ketidakjelasan akibat peleburan dalam wadah organisasi yang baru, yaitu Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN.Baca juga ”Quo Vadis” BPPT di Era Ekonomi InovasiDemikian juga beberapa pihak melakukan upaya hukum ke Mahkamah Konstitusi untuk uji materi dalam menafsirkan kata integrasi, sebagaimana tertuang dalam Pasal 48 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi UU Sinas Iptek.Konsolidasi BRIN dalam mendukung tujuan pembangunan akan memerlukan waktu yang tidak pendek. Rekonfigurasi program, anggaran, infrastruktur, dan sumber daya manusia dari empat lembaga yang secara ”DNA” berbeda bukan tidak mungkin akan terjadi bias yang kian menjauh dari upaya optimalisasi peran iptek. Terlebih, dalam konstruksi politik yang lemah akan mekanisme check and balance yang substantif Nugroho, Kompas, 8/12/2021, dapat dipastikan orientasi pengembangan iptek akan semakin titik daruratPada sisi lain, penguatan peran iptek membutuhkan komitmen jangka panjang dengan alokasi sumber daya yang memadai. Tanpa dukungan kelembagaan iptek yang baik, penulis menemukan empat titik darurat yang dihadapi Indonesia akan sulit untuk diselesaikan, bahkan dapat membuat Indonesia terjebak dalam posisi negara berpendapatan menengah middle income trap. Keempat titik darurat ini kait-mengait dan penguatan elemen yang satu akan berdampak positif pada eleman ekonomi Indonesia masih sangat bergantung pada ekstraksi sumber daya alam, dengan sentuhan teknologi yang minimal. Laporan terkait Kondisi Ketergantungan Komoditas State of Commodity Dependence yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB tahun 2021 memperlihatkan peran ekspor komoditas Indonesia terhadap total ekspor barang sekitar 55,6 persen atau tidak jauh dari batas atas 60 persen negara yang dikelompokkan sebagai ketergantungan pada ekspor komoditas. Dalam laporan tersebut tampak bahwa ekspor berbasis komoditas pertanian dan bahan bakar merupakan yang paling juga Ekstraksi Sumber Daya Alam MengkhawatirkanPada sisi lain, ekspor produk manufaktur yang masuk dalam kategori teknologi tinggi high technology perannya baru mencapai 5,5 persen terhadap total ekspor barang. Kondisi ini berbeda jauh dengan Thailand dan Vietnam yang masing-masing mampu mencapai 19 persen dan 38 saja posisi Indonesia yang masih bergantung pada sumber daya alam dan tertinggal pada penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi karena posisi Indonesia dalam Indeks Inovasi Global Innovation Index juga jauh tertinggal dibandingkan dengan kedua negara tersebut. Peringkat Indonesia berada dalam urutan ke-85 dari 129 negara di perlu ada perubahan cara pandang dalam pemanfaatan sumber daya mulai dari tingkat hulu. Misalkan, jika Uni Eropa tidak akan menerima produk yang lahannya berasal dari deforestasi setelah 31 Desember 2020, maka potensi ekspor sawit Indonesia akan terdampak Kompas, 8/12/2021. Tentu perhatian pasar global akan produk-produk yang ramah lingkungan juga terjadi untuk berbasis kayu dan rotan. Untuk mendapatkan peluang pasar global yang baik dan lebih menguntungkan, maka sertifikasi material bahan baku, misalnya yang dikeluarkan oleh Forest Stewardship Council SFC, Business Social Compliance Initiative BSCI, dan World Fair Trade Organization WFTO, menjadi suatu demikian, belum banyak pelaku usaha di Indonesia yang memiliki sertifikat tersebut. Hal ini karena ketidaktahuan, biaya pengurusan yang tidak murah, dan juga belum menjadi penelitian dapat berkontribusi untuk menciptakan material-material baru yang lebih ramah lingkungan dan teknologi yang mampu memanfaatkan limbah produksi dan mendorong saja asosiasi dan pemerintah perlu bekerja sama untuk memastikan pelaku usaha dapat semakin berdaya saing di pasar global. Dalam konteks ini, lembaga penelitian dapat berkontribusi untuk menciptakan material-material baru yang lebih ramah lingkungan dan teknologi yang mampu memanfaatkan limbah produksi dan mendorong penelitian dapat berkontribusi untuk menciptakan material-material baru yang lebih ramah lingkungan dan teknologi yang mampu memanfaatkan limbah produksi dan mendorong menjadikan iptek sebagai pengungkit produktivitas di sektor pangan dan energi. Ketergantungan impor Indonesia atas kedua komoditas ini masih cukup tinggi, padahal Indonesia memiliki potensi sumber daya yang cukup besar. Pangan dan energi menjadi komoditas strategis yang menentukan kondisi ketahanan ekonomi makro, industri, sosial, dan lingkungan. Peranan iptek bagi penguatan kedua sektor tersebut tidak hanya pada ranah peningkatan produksi, tetapi yang lebih penting juga dalam koridor mendukung pembangunan rendah juga Ekonomi Digital dan HijauARSIP PRIBADI Maxensius Tri SambodoKeempat, iptek perlu menjadi lokomotif bagi peningkatan pendapatan yang dapat menyisir kelompok aspiring middle class, yaitu pekerja yang tidak miskin dan juga tidak rentan menjadi miskin, tetapi tingkat pendapatannya dan kondisi konsumsinya belum stabil untuk masuk dalam kategori pendapatan menengah. Menurut Bank Dunia dalam Laporan Pathways to Middle-Class Jobs in Indonesia, hal ini terjadi karena produktivitas yang rendah. Dalam konteks ini, maka iptek perlu lebih proaktif dalam melayani kebutuhan teknologi di usaha kecil, menengah, dan koperasi dengan lebih Tri Sambodo, Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN
mengapa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menyebabkan kelangkaan